Kamis, 24 Maret 2011

BUDIDAYA IKAN BELUT

1. SEJARAH SINGKAT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak
ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-
kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat
ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis
dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah
Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat
penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan. 

3. JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw
(belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut.
Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah. 



4. MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah: 

1.  Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2.  Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3.  Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

1.  Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis

yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan
tidak ada batasan yang spesifik. 

2.  Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak

tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah
dasar kolam tidak beracun. 

3.  Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-

31 derajat C.

4.  Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan

osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1.  Penyiapan Sarana dan Peralatan

1.  Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan

antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk
benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-
5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2
tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk
pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan
untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran
30-40 cm. 

2.  Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya

dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri. 

3.  Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Untuk kolam pendederan

(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Untuk kolam belut
remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk
kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya
100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-
20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan
kelak berukuran 3-50 cm. 

4.  Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan

dasar bak tidak perlu diplester.

5.  Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,

alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan
lainnya. 



6.  Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk

kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih
kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm,
diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya
lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah
tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya
sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-
lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian
media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan
beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
diluncurkan ke dalam kolam. 

2.  Penyiapan Bibit 

1. Menyiapkan Bibit

1.  Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang

berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan
dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. 

2.  Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit

diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. 

3.  Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau

pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina
berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm. 

4.  Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu

ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m 2 .
Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur
ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan
ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut
segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon
benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut
diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit
selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8
cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam
kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

2.  Perlakuan dan Perawatan Bibit

Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon
benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat
mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih
dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

3. Pemeliharaan Pembesaran

1. Pemupukan

Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan
organik utama. 

2. Pemberian Pakan

Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat
besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.

3. Pemberian Vaksinasi
4.  Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam
agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun. 

7. HAMA DAN PENYAKIT



1. Hama

1.  Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung

mengganggu kehidupan belut.

2.  Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut

antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air
dan ikan gabus.

3.  Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering

menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif
tidak banyak diserang hama.

2. Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil. 

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

1.  Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2.  Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi

(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara
Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail
dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja. 

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima
oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran
yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1.  Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1. Biaya Produksi

1.  Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp.

28.000,- 

2.  Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,- 
3.  Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.

45.000,- 

4.  Lain-lain Rp. 30.000,-

Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,- 

2.  Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3.  Keuntungan Rp. 422.000,- 
4.  Parameter Kelayakan Usaha 2,28 

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis



Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin
meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya
yang memuaskan dan diminati konsumen.